Semarang,14/ 10 - Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dan Dewan
Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) sepakat bekerjasama
dalam program deradikalisasi. Hal itu diwujudkan dengan penandatangan
memorandum of understanding (MoU) di halaman masjid al Wali Jl
Fatmawati, Ketileng, Semarang Timur.
Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam mengajak masyarakat untuk
mewaspadai upaya penyebaran paham radikalisme yang menggunakan jejaring
sosial di internet. "Mereka menyebarkan paham-paham radikal ini,
terutama melalui internet, buku-buku," kata Abdullah Syam.
Menurutnya,
langkah untuk menanggulangi penyebaran paham radikal melalui internet
itu tidak bisa dilakukan dengan cara-cara kekerasan, melainkan harus
dengan langkah persuasif yang juga menggunakan media internet.
Penyebaran paham radikal, juga bisa dilakukan lewat garis keturunan atau
hubungan keluarga dengan menanamkan rasa kebencian dan permusuhan
kepada apa saja yang mereka definisikan sebagai musuh.
Karena
itu, Abdullah Syam mengemukakan pentingnya pemberdayaan seluruh komponen
masyarakat, antara lain ulama, organisasi kemasyarakatan, dan
kepemudaan untuk menangkal dan menanggulangi penyebaran paham radikal.
“LDII sendiri akan terus membantu pemerintah hingga ke tingkat anak
cabang dan untuk membantu pemerintah desa atau kelurahan guna menditeksi
gejala radikalisme. Selain itu,Kita juga akan melakukan da’wah yang
menyejukan dan mempersatu kekokohan NKRI,”tambah Abdullah Syam.
Sementara
itu, Ketua Umum PB NU Said Agil Sirodj menjelaskan perlunya kekuatan
sipil untuk membantu pemerintah dalam mengatasi radikalisme yang
berkembang saat ini."Sekuat apapun pemerintah tetap butuh civil society.
Kami (NU) siap bekerja sama dengan siapapun, TNI, POLRI ataupun ormas
lainnya," kata ketua umum PBNU Said Agil Sirodj usai penandatangan MoU,
Minggu (14/10/2012).
Selain deradikalisasi, kerjasama juga
meliputi Pendidikan, Lingkungan Hidup, Penanggulangan Bencana,
Kedaulatan Pangan, Menjaga tegaknya NKRI. Bagi Said Agil, NU dan LDII
memiliki kesepahaman terkait islam radikal. Menurutnya, gerakan radikal
bukan budaya Indonesia. Ia menyebut bahwa sejarah Islam Nusantara yang
dibawa wali songo mengajarkan islam melalui jalan damai yaitu seni
ataupun budaya. Islam radikal yang beredar di Indonesia menurutnya paham
impor.
Said Agil menambahkan saat ini umat islam harus waspada
terhadap segala bentuk radikalisme yang dimasukan secara halus sehingga
antar umat islam sendiri saling bergesekan tanpa terasa. Oleh karenanya,
PB NU dan LDII mengawali kerjasama ini sehingga dapat dilanjutkan
dengan ormas Islam lainnya.
“Kerjasama ini merupakan awal bagi
kita semua umat islam untuk kembali bersatu dan tidak mudah termakan
berbagai isu yang berupaya untuk memecah belah baik secara kasat mata
ataupun dengan bujukan halus melalui berbagai program,”tegas Said Agil.
Ketua DPP LDII Abdullah Syam menuturkan pentingnya sinergitas antar
organisasi masyarakat (ormas). Dengan adanya mou ini, pihaknya berjanji
akan belajar banyak dari ormas NU yang memang sudah lebih dulu lahir.
"Nanti
mungkin perlu forum untuk organisasi besar semisal NU, Muhammadiyah dan
kami, untuk kerjasama ke depan," ucapnya. Ketua DPP LDII Abdullah Syam
menuturkan pentingnya sinergitas antar organisasi masyarakat (ormas).
Dengan adanya mou ini, pihaknya berjanji akan belajar banyak dari ormas
NU yang memang sudah lebih dulu lahir.
"Nanti mungkin perlu forum untuk organisasi besar semisal NU, Muhammadiyah dan kami, untuk kerjasama ke depan," ucapnya.
Sumber : www.ldii.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar