Rabu, 25 April 2012

Menag: Ajaran Islam Justru Memberikan Hak Hidup Kepada Agama Lain

Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan tidak benar ajaran Islam itu keras, tidak toleran dan tidak memberikan hak hidup kepada agama lain. Indonesia yang umat muslimnya sekira 85 persen telah menunjukkan hidup rukun dengan umat agama lain (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu).
Pemeluk agama mayoritas memberi tempat kepada pemeluk umat agama lain yang minoritas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. “Oleh karena itu, warga LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia –red) dan umat Islam pada umumnya agar menyebarkan dakwah yang dapat menghapus stigma negatif terhadap Islam,” kata Menag pada acara pembukaan Rakernas (Rapat Kerja Nasional) di Gedung IPB International Convention Centre, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/4)
Menurut Menag, keragaman dan perbedaan merupakan sunatullah yang menjadikan kehidupan di dunia warna -warni. Dia mengutip al-Qur`an surah Hud, ayat 118, “Dan kalaulah Tuhanmu (wahai Muhammad) menghendaki, tentulah Ia menjadikan umat manusia semuanya menurut agama yang satu. (Tetapi Ia tidak berbuat demikian) dan kerana itulah mereka terus-menerus berselisihan.” Perbedaan pandangan dalam Islam sendiri, kata Suryadharma Ali yang juga Ketua Umum PPP itu, berawal dari kebolehan bahkan anjuran untuk berijtihad dalam memahami teks-teks keagamaan. “Di masa Nabi Muhammad SAW hidup, para sahabat lebih banyak mengandalkan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah, tapi setelah Nabi wafat yang berarti terputusnya wahyu kebutuhan berijtihad semakin meningkat.” Apalagi, lanjutnya, banyak di antara umat Islam tersebar di wilayah kekuasaan Islam menghadapi berbagai persoalan baru yang belum ada petunjuk sebelumnya, dari sini muncul perbedaan yang disebabkan teks keagamaan al-Qur`an dan hadist yang mengandung berbagai penafsiran dan adanya perbedaan tingkat pemahaman.
Namun demikian, dia mengharapkan agar umat Islam untuk tidak membesar-besarkan perbedaan di kalangan umat Islam sendiri. Namun, Menag yakin bahwa agama Islam dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan itu, karena Islam tidak membedakan satu dengan yang lainnya. “Islam menghormati perbedaan ini harus kita sampaikan kepada masyarakat bahwa Islam agama yang paling tepat di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Oleh karena itu, salah jika ada yang menyatakan bahwa Islam bertentangan dengan demokrasi. Juga salah besar jika Islam tidak bisa memberikan toleransi pada perbedaan-perbedaan. Pemahaman ini dihembuskan oleh pihak-pihak yang mendiskreditkan Islam.” Sementara itu, Ketua Umum LDII Prof Dr Ir Abdullah Syam, MSc mengatakan, sebagai bentuk kepedulian terhadap berbagai permasalahan bangsa LDII mengembangkan Green Dakwah. Yakni, dakwah yang misinya kepada kesalehan sosial guna mengentas masalah kemiskinan dan kebodohan, dakwah yang sarat nilai dan tauladan moral, dakwah yang jauh dari radikalisme serta dakwah yang menguatkan komitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup. Selain itu, kata Abdullah, dalam rakernas ini akan disusun program kerja Tahun 2012 yang difokuskan kepada pembangunan akhlakul kharimah untuk membentuk generasi yang profesional religius, seorang generasi yang memiliki etos kerja dan ibadahnya baik. Menurut Abdullah Syam, generasi profesional religius yang diharapkan LDII adalah umat yang memiliki etos kerja yang mampu bekerja dengan baik dan menghasilkan produk berkualitas.
“Keterpurukan bangsa Indonesia dalam berbangsa da bernegara dikarenakan profesionalisme itu tanpa didasari sifat religius dan dapat dilihat dalam berbagai kasus korupsi yang melanda tanah air saat ini,” kata Abdullah Syam. Menurut Abdullah Syam, dari 1.018 Kasus korupsi yang ditangani kejaksaan, Masyarakat Transparansi Internasional Indonesia menyebut 968 anggota DPR/DPRD, dan 61 kepala daerah terlibat korupsi. Selain korupsi, lanjut Abdullah Syam, Indonesia masih bergelut dengan angka kemiskinan yang tinggi. Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 2011 Indonesia menunjukkan Indonesia berada di urutan ke-124 atau berada di posisi menengah, padahal Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Sementara 10 negara dengan HDI tertinggi, merupakan negara-negara dengan kekayaan alam yang setara ataupun di bawah Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik. Dengan demikian negei ini masih memiliki masalah dengan pemerataan kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan.
Tingginya angka korupsi dan rendahnya HDI merupakan indikator hilangnya arah dalam pembentukan karakter yang berpengaruh besar terhadap pembangunan nasional. “Ini semua akibat profesionalisme namun tak diikuti kesalehan sosial,” ujarnya. Rakernas LDII berlangsung dua hari, 11-12 April 2012. Rakarnas yang dihadiri sekira 1.500 pengurus LDII di seluruh Indonesia itu akan ditutup Wakil Presiden Boediono. Sejumlah tokoh hadir dalam rakernas ini, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dan lainnya. (dik) [http://www.pelitakarawang.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar