Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan
tidak benar ajaran Islam itu keras, tidak toleran dan tidak memberikan
hak hidup kepada agama lain. Indonesia yang umat muslimnya sekira 85
persen telah menunjukkan hidup rukun dengan umat agama lain (Islam,
Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu).
Pemeluk agama mayoritas memberi tempat
kepada pemeluk umat agama lain yang minoritas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. “Oleh karena itu, warga LDII (Lembaga Dakwah Islam
Indonesia –red) dan umat Islam pada umumnya agar menyebarkan dakwah yang
dapat menghapus stigma negatif terhadap Islam,” kata Menag pada acara
pembukaan Rakernas (Rapat Kerja Nasional) di Gedung IPB International
Convention Centre, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/4)
Menurut Menag, keragaman dan perbedaan
merupakan sunatullah yang menjadikan kehidupan di dunia warna -warni.
Dia mengutip al-Qur`an surah Hud, ayat 118, “Dan kalaulah Tuhanmu (wahai
Muhammad) menghendaki, tentulah Ia menjadikan umat manusia semuanya
menurut agama yang satu. (Tetapi Ia tidak berbuat demikian) dan kerana
itulah mereka terus-menerus berselisihan.” Perbedaan pandangan dalam
Islam sendiri, kata Suryadharma Ali yang juga Ketua Umum PPP itu,
berawal dari kebolehan bahkan anjuran untuk berijtihad dalam memahami
teks-teks keagamaan. “Di masa Nabi Muhammad SAW hidup, para sahabat
lebih banyak mengandalkan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah, tapi
setelah Nabi wafat yang berarti terputusnya wahyu kebutuhan berijtihad
semakin meningkat.” Apalagi, lanjutnya, banyak di antara umat Islam
tersebar di wilayah kekuasaan Islam menghadapi berbagai persoalan baru
yang belum ada petunjuk sebelumnya, dari sini muncul perbedaan yang
disebabkan teks keagamaan al-Qur`an dan hadist yang mengandung berbagai
penafsiran dan adanya perbedaan tingkat pemahaman.
Namun demikian, dia mengharapkan agar
umat Islam untuk tidak membesar-besarkan perbedaan di kalangan umat
Islam sendiri. Namun, Menag yakin bahwa agama Islam dapat mempersatukan
perbedaan-perbedaan itu, karena Islam tidak membedakan satu dengan yang
lainnya. “Islam menghormati perbedaan ini harus kita sampaikan kepada
masyarakat bahwa Islam agama yang paling tepat di tengah-tengah
masyarakat Indonesia yang majemuk. Oleh karena itu, salah jika ada yang
menyatakan bahwa Islam bertentangan dengan demokrasi. Juga salah besar
jika Islam tidak bisa memberikan toleransi pada perbedaan-perbedaan.
Pemahaman ini dihembuskan oleh pihak-pihak yang mendiskreditkan Islam.”
Sementara itu, Ketua Umum LDII Prof Dr Ir Abdullah Syam, MSc mengatakan,
sebagai bentuk kepedulian terhadap berbagai permasalahan bangsa LDII
mengembangkan Green Dakwah. Yakni, dakwah yang misinya kepada kesalehan
sosial guna mengentas masalah kemiskinan dan kebodohan, dakwah yang
sarat nilai dan tauladan moral, dakwah yang jauh dari radikalisme serta
dakwah yang menguatkan komitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Selain itu, kata Abdullah, dalam rakernas ini akan disusun program kerja
Tahun 2012 yang difokuskan kepada pembangunan akhlakul kharimah untuk
membentuk generasi yang profesional religius, seorang generasi yang
memiliki etos kerja dan ibadahnya baik. Menurut Abdullah Syam, generasi
profesional religius yang diharapkan LDII adalah umat yang memiliki etos
kerja yang mampu bekerja dengan baik dan menghasilkan produk
berkualitas.
“Keterpurukan bangsa Indonesia dalam
berbangsa da bernegara dikarenakan profesionalisme itu tanpa didasari
sifat religius dan dapat dilihat dalam berbagai kasus korupsi yang
melanda tanah air saat ini,” kata Abdullah Syam. Menurut Abdullah Syam,
dari 1.018 Kasus korupsi yang ditangani kejaksaan, Masyarakat
Transparansi Internasional Indonesia menyebut 968 anggota DPR/DPRD, dan
61 kepala daerah terlibat korupsi. Selain korupsi, lanjut Abdullah Syam,
Indonesia masih bergelut dengan angka kemiskinan yang tinggi. Indeks
Pembangunan Manusia (HDI) 2011 Indonesia menunjukkan Indonesia berada di
urutan ke-124 atau berada di posisi menengah, padahal Indonesia
memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Sementara 10 negara dengan HDI
tertinggi, merupakan negara-negara dengan kekayaan alam yang setara
ataupun di bawah Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik. Dengan
demikian negei ini masih memiliki masalah dengan pemerataan
kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan.
Tingginya angka korupsi dan rendahnya HDI
merupakan indikator hilangnya arah dalam pembentukan karakter yang
berpengaruh besar terhadap pembangunan nasional. “Ini semua akibat
profesionalisme namun tak diikuti kesalehan sosial,” ujarnya. Rakernas
LDII berlangsung dua hari, 11-12 April 2012. Rakarnas yang dihadiri
sekira 1.500 pengurus LDII di seluruh Indonesia itu akan ditutup Wakil
Presiden Boediono. Sejumlah tokoh hadir dalam rakernas ini, Menteri
Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siradj dan lainnya. (dik) [http://www.pelitakarawang.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar