Wapres Budiono memberi pembekalan
pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LDII 2012. Wapres berpesan LDII
harus meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan SDM
profesional religius. Sementara itu Kepala Badan Nasional Penanganan
Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai, berpesan, agar LDII melakukan
deradikalisasi umat Islam melalui dakwah.
Dua permasalahan umat Islam yang belum
tuntas adalah persoalan kemiskinan dan radikalisme, yang melahirkan
aksi terorisme di Indonesia. Wapres Budiono dan Kepala BNPT Ansyaad
Mbai, memberi masukan dalam dua hal tersebut.
Ansyaad Mbai mengatakan bahwa penyebab
maraknya terorisme sangat kompleks. Kemiskinan tidak serta merta bisa
dituding sebagai penyebab seseorang menjadi teroris, “Meski pelaku bom
bunuh diri umumnya mengalami masalah ekonomi,” kata Ansyaad Mbai di
depan peserta Rakernas LDII 2012. Ansyaad menekankan bahwa perasaan
ketidakadilan dan doktrin yang salah tentang jihad, membuat seseorang
bisa berubah menjadi teroris.
Ketidakadilan inilah yang dijadikan
doktrin para pelaku terorisme dalam memutarbalikkan ayat dan hadist,
sehingga umat Islam terpikat, “Maka ini tugas LDII untuk berdakwah,
memberi penjelasan yang benar mengenai jihad bukanlah melakukan aksi
teror,” imbuh Arsyad. Peran LDII sebagai Islam yang moderat sangat besar
dalam melakukan deradikalisasi umat Islam. “Selama ideologinya tak
bisa dinetralisir selama itupula terorisme tak bisa hilang,” kata
Arsyad.
Fenomena terorisme menuntut LDII untuk
mengentaskan umat Islam dari kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan,
rasa keadilan, dan melakukan deradikalisasi. Untuk itu Wapres Budiono
mengharapkan LDII meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana lembaga
dakwah lainnya adalah wahana pendidikan dakwah keagaaman dan manusia,
yang bersifat mandiri, terbuka, moderat, majemuk, dan setara. LDII
berperan dalam melakukan pendidikan untuk meningkatkan martabat manusia.
“Tingginya peradaban bangsa terletak pada keberhasilan mendidik
sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan penentu
maju mundurnya suatu bangsa,” kata Wapres Budiono.
Menurut Wapres profesionalisme
menghendaki ketaatan pada kaidah profesi, menuntut independensi, dan
kesungguhan meningkatkan kualitas hasil kerjanya. Sedangkan religiusitas
menuntut manusia menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
bersifat universal. Sedangkan nilai tertinggi Islam adalah keadilan,
“Berarti menempatkan sesuatu di tempatnya, adil adalah mendahulukan
kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Islam yang religius
adalah yang berkeahlian, independen, adil dan mendahulukan kepentingan
orang banyak,” kata Wapres Budiono.
Menurut Wapres Budiono, dakwah yang
terbaik adalah dakwah dengan perbuatan. “Ibadah dalam Islam tidak hanya
ritual, namun muamalah dan amal di tengah masyarakat sesuai tuntunan
Quran dan sunnah,” ujarnya. Muamalah ini ditekankan dalam berbagai
ayat, misalnya ayat mengenai sholat hampir selalu ada perintah yang
diikuti zakat. Zakat pada dasarnya adalah perintah membagi kelebihan,
yang merupakan wujud nyata kontribusi individu terhadap kepentingan
umum. Zakat dalam arti luas menciptakan keadilan dan keseimbangan.
Untuk itu setiap umat Islam, tak terkecuali LDII harus melaksanakan
ibadah yang sifatnya individu dan sosial.
“Saya bangga LDII tak hanya khotbah tapi juga menyelenggarakan pendidikan dan kewirausahaan. Dakwah bil hal
jauh lebih efektif dan berdaya guna dan dapat dilaksanakan di
masyarakat dan perintah Ilahi mewujudkan kesejahteraan,” ujar Wapres
Budiono.
Maka dengan program Rakernas LDII 2012,
Wapres Budiono berharap lahirnya generasi yang profesional yang
independen, taat pada kaidah profesi, dan mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan individu dan golongan. Langkah itu hanya
bisa dilakukan bila LDII solid sebagai organisasi dan membina hubungan
harmonis dengan sesama umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar